Sabtu, 04 Januari 2025

TUMOR MAMMAE

I.       KONSEP MEDIS

A.    Definisi

Tumor mammae adalah benjolan yang berada di payudara yang sering ditemukan terutama pada wanita dan berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mammae serta dalam menegakan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan patalogis. Tumor ada yang bersifat jinak adapula yang ganas.(Astuti, 2022).

Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel/jaringan di dalam payudara dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa di kontrol (Aprilia, 2022).

Tumor mammae adalah benjolan yang tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus-menerus.Tumor mammae adalah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal yang dapat terjadi pada payudara.Tumor mammae adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, aerola papilla mamma Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit(Oktaria, 2021).

 

B.     Etilogi

           Menurut Astuti (2022) Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian faktor genetik, hormonal dan kemudian kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya tumor Mammae

1. Peningkatan aktivitas estrogen yang absolut atau relatif

2. Genetik : payudara

3. Faktor-faktor predisposisi :

a. Usia : < 30 tahun

b. Jenis kelamin

c. Geografi

d. Pekerjaan

e. Hereditas

f. Diet

g. Stress

h. lesi prekanker

Ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi menurut Dr.Iskandar (2019) sebagai pemicu terjadinya tumor mammae, yaitu :

1.      Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumorpayudara.

2.      Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko 3x lebih besar untuk menderita tumor payudara.

3.    Faktor usia

Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia

4.    Riwayat reproduksi

a.            Melahirkan anak pertama diatas 35 tahun

b.           Menikah tapi tidak melahirkan anak

c.            Tidak menyusui

5.    Pemakaian kontrasepsi  oral

Dapat meningkatkan resiko tumor payudara, penggunaan pada usia <20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

6.    Riwayat meastrual

a.    Early menarche (sebelum 12tahun)

b.   Late menopouse (setelah 50tahun)

7.    Usia saat kehamilan pertama

Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko 2x lipat dibandingkan dengan hamil pada usia >20 tahun.

8.    Terpapar radiasi

9.    Intake alkohol

 

C.    Patosfisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:

1.         Fase Inisiasi

          Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik  sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan  yang   sama   terhadap   suatu   karsinogen.   Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

2.         Fase Promosi

          Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

 

D.    Manifestasi Klinis

Pada masa-masa awal pertumbuhan tumor, gejala sulit dideteksi, sehingga kasus ini biasanya baru diketahui setelah muncul benjolan yang sudah menjolok dan bisa diraba. Tanda-tanda fisik yang biasa ditemui adalah:

1.        Terbentuknya massa utuh atau jaringan yang tidak biasa sifatnya kenyal muncul di payudara atau sekitarnya (misalnya dibawah lengan).

2.        Penderita merasakan nyeri di tempat masa tersebut

3.        Lekukan pada permukaan payudara dan kulit yang berada di atas tumor menjadi seperti kulit jeruk

4.        Puting susu mengeluarkan cairan yang tidak normal, bahkan bisa mengeluarkan darah.

5.        Lepasnya papilla mammae

6.        Kelainan bentuk payudara

 

E.     Komplikasi

Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ- organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati.Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.(Nurarif,2018)

 

F.     Tes Diagnostik

           Menurut Aprilia (2022) ada beberapa tes diagnostik yang dapat dilakukan, diantaranya :

1.      Ultrasonografi

     Dapat membedakan antara masa padat dan kista pada jaringan payudara keras.

2.      Mammografi

     Memperlihatkan struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor yang terjadi pada tahap awal.

3.      Scan CT dan MRI

     Teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara (Doenges, 2000).

4.      Pemeriksaan Biopsi

   Pemeriksaan Biopsi juga dapat dipakai untuk diagnosis Tumor dan Ca Mammae. Pemeriksaan histologi ini dilakukan dengan mengangkat jaringan dari massa payudara yang terjangkit tumor untuk ditentukan tingkat keganasannya.

 

G.    Penatalaksanaan Medik

           Menurut Oktaria (2021) terdapat 2 macam penatalaksanaan medic yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1.      Penatalaksanaan Bedah:

a.         Mastektomi Parsial (mengeksisi tumor lokal), diawali dengan lumpektomi untuk mengangkat jaringan yang terjangkit tumor atau kankerm kemudian dilanjutkan dengan kuadranektomi yaitu pengangkatan seperempatpayudara.

b.        Mastektomi Total: mengangkat seluruh payudara beserta kelenjar limfe dilateral otot pektoralisminor.

c.         Mastektomi Radikal: mengangkat payudara, otot pektoralis mayor danminor dan seluruh isiaksilanya.

2.      Penatalaksanaan Non-bedah:

a.         Penyinaran pada payudara dan kelenjar linfe regional atau pada jaringan lain yang sudah terserang kanker.

b.        Kemoterapi: merupakan terapi adjuvan sistemik khususnya setelah dilakukan pembedahan. Contoh: kombinasi penggunaan cyclophospamide, methotrexate, flouracil, danadriamycin.

c.         Terapi Hormon: antiestrogen, androgen, prostaglandin, tamoksifen, dan sebagainya.

 

 

 

 

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan, menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2021). Berdasarkan dari hasil pengkajian pada klien dengan diagnosa Tumor Mammae, terdapat  benjolan di payudara bagian kanan klien . Tumor mammae adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, aerola papilla mamma.  Benjolan di payudara  bagian kanan klien nyeri nya hilang timbul. Tujuan dari pengkajian adalah didapatkan data yang mencakup bio, psiko, dan spiritual.

1. Biodata

2. Penanggung jawab

3. Keluhan utama

4. Riwayat kesehatan

a.       Riwayat kesehatan sekarang

b.      Riwayat kesehatan lalu

c.       Riwayat kesehatan keluarga

5. Riwayat psikososial

6. Riwayat spiritual

7. Pemeriksaan fisik

a.       Keadaan umum klien

b.      Tanda-tanda vital

c.       Sistem pernapasan

d.      Sistem kardiovaskular

e.       Sistem pencernaan

f.       Sistem indera

g.      Sistem saraf

h.      Sistem musculoskeletal

i.        Sistem integument

j.        Sistem endokrin

k.      Sistem reproduksi

l.        Sistem immune

 

          Menurut americaners association (ana), mengenai standar pengkajian, dinyatakan bahwa data harus:

1. Relevan dengan kebutuhan pasien

2. Pengumpulan data dari berbagai sumber

3. Pengumpulan data dati berbagai teknik

4. Pengumpulan data secara sistematis

5. Pendokumentasian menggunakan format

 

          Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses

dinamis yang terorgaisasi, dan meliputi empat aktivitas dasar atau elemen dari pengkajian yaitu pengupulan data secara sistematis, memvalidasi data, memilah, dan mengatur data dan mendokumentasikan data dalam format.

 

B.     Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim pokja SDKI DPP, 2017).Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam kasus asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor Mammae menegakkan masalah keperawatan berdasarkan dari pengkajian yang didapatkan. Menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2018). ada beberapa diagnosa keperawatan yaitu :

1.      Nyeri akut (D.0077)

Definisi:

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab:

1.      Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

2.      Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)

3.      Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda mayor:

Subjektif:

1. Mengeluh nyeri

Objektif:

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif:

1. (tidak tersedia)

Objektif:

1. Tekanan darah meningkat

2. Pola nafas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berfikit terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

 

2.      Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)

Definisi:

Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligament)

Penyebab:

1.      Perubahan sirkulasi

2.      Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

3.      Kekurangan/kelebihan volume cairan

4.      Penurunan mobilitas

5.      Bahan kimia iritatif

6.      Suhu lingkungan yang ekstrem

7.      Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi )

8.      Efek samping terapi radiasi

9.      Kelembaban

10.  Proses penuaan

11.  Neuropati perifer

12.  Perubahan pigmentasi

13.  Perubahan hormonal

14.  Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan

Gejala dan Tanda Mayor:

Subjektif:

(tidak tersedia)

Objektif:

1. Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Gejala dan Tanda Minor:

Subjektif:

(Tidak tersedia)

Objektif:

1. Nyeri

2. Pendarahan

3. Kemerahan

4. Hematoma

3.      Ansietas (D.0080)

Definisi:

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Penyebab:

1.      Krisis situasional

2.      Kebutuhan tidak terpenuhi

3.      Krisis maturasional

4.      Ancaman terhadap konsep diri

5.      Ancaman terhadap kematian

6.      Kekhawatiran mengalami kegagalan

7.      Disfungsi sistem keluarga

8.      Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

9.      Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

10.  Penyalahgunaan zat

11.  Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)

12.  Kurang terpapar informasi

Gejala dan tanda mayor

Subjektif:

1. Merasa bingung

2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

3. Sulit berkontrasi

Objektif:

1. Tampak gelisah

2. Tampak tegang

3. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif:

1. Mengeluh pusing

2. Anoreksia

3. Palpitasi

4. Merasa tidak berdaya

Objektif:

1. Frekuensi napas meningkat

2. Frekuensi nadi meningkat

3. Tekanan darah meningkat

4. Diaforsis

5. Tremor

6. Muka tampak pucat

7. Suara bergetar

8. Kontak mata buruk

9. Sering berkemih

10. Berorientasi pada masa lal

4.      Gangguan pola tidur (D.0055)

Definisi:

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.

Penyebab:

1.      Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/peneriksaan/tindakan)

2.      Kurang control tidur

3.      Kurang privasi

4.      Restraint fisik

5.      Ketiadaan teman tidur

6.      Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan tanda mayor

Subjektif:

1. Mengeluh sulit tidur

2. Mengeluh sering terjaga

3. Mengeluh tidak puas tidur

4. Mengeluh pola tidur berubah

5. Mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif:

(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

1. mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif:

(tidak tersedia)

5.      Resiko infeksi (D.0142)

Definisi:

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

Faktor risiko:

1.      Penyakit kronis (mis. diabetes mellitus)

2.      Efek prosedur invasive

3.      Malnutrisi

4.      Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan

5.      Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:

1)      Gangguan peristaltic

2)      Kerusakan integritas kulit

3)      Perubahan sekresi Ph

4)      Penurunan kerja siliaris

5)      Ketuban pecah lama

6)      Ketuban pecah sebelum waktunya

7)      Merokok

8)      Statis cairan tubuh

6.      Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

1)      Penurunan haemoglobin

2)      Imununosupresi

3)      Leukopenia

4)      Supresi respon inflamasi

5)      Vaksinasi tidak adekuat

6.      Defisit perawatan diri (D.0109)

Definisi:

Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri

Penyebab:

1.      Gangguan musculoskeletal

2.      Gangguan neuromuskuler

3.      Kelemahan

4.      Gangguan psikologis dan/atau psikotik

5.      Penurunan motivasi/minat

Gejala dan Tanda Mayor:

Subjektif:

1. Menolak melakukan perawatan diri

Objektif:

1.      Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri

2.      Minat melakukan perawatan diri kurang

Gejala dan Tanda Minor:

Subjektif:

(tidak tersedia)

Objektif:

(tidak tersedia)

7.      Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi:

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab:

1.      Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2.      Tirah baring

3.      Kelemahan

4.      Imobilitas

5.      Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor:

Subjektif:

1. Mengeluh lelah

Objektif;

1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor:

Subjektif:

1. Dipsnea saat/setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Objektif:

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis

 

C.    Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan atau perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2018).Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan, perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 disusun setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan. Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari: menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan, menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan keperawatan.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Diagnosis Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Nyeri akut

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam maka diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1.    Keluhan nyeri menurun

2.    Meringis menurun

3.    Gelisah menurun

4.    Kesulitan tidur menurun

Manajemen Nyeri

Observasi

1.   Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2.   Identifikasi skala nyeri

3.   Identifikasi respon nyeri non verbal

4.   Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5.   Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6.   Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7.   Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8.   Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9.   Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1.    Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

2.    Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

3.    Fasilitasi istirahat dan tidur

4.    Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1.      Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2.      Jelaskan strategi meredakan nyeri

3.      Anjurkan memonitor nyri secara mandiri

4.      Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5.      Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1.   Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

 

2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis

Gangguan integritas kulit/jaringan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 12 jam maka diharapkan tingkat integritas kulit/jaringan meningkat dengan kriteria hasil :

1.    Tidak ada luka atau lesi

2.    Menunjukkan proses penyembuhan luka

3.    Integritas kulit yang bisa dipertahankan

4.    Drainase purulent menurun

5.    Periode menggigil menurun

6.    Letargi menurun

7.    Gangguan kognitif menurun

8.    Kadar sel putih membaik

9.    Kultur urin membaik

10.             Kultur sputum membaik

11.             Kultur area luka membaik

12.             Kultur feses membaik

13.             Nafsu makan membaik

Perawatan luka

Observasi

1.    Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)

2.    Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik

1.      Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

2.      Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu

3.      Bersihkan dengan cairan nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan

4.      Bersihkan jaringan nekrotik

5.      Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

6.      Pasang balutan sesuai jenis luka

7.      Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

8.      Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

9.      Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien

10.  Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/ KgBB/ hari dan protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari

11.  Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vitamin A, vitamin C. zinc, asam amino), sesuai indikasi

12.  Berikan terapi TENS (stimulus saraf transcutaneous), jika perlu

Edukasi

1.        Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2.        Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

3.        Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi

1.      Kolaborasi prosedur debridement (mis. Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika perlu

2.      Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

 

 

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

Ansietas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam maka diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil :

14.              Konsentrasi membaik

15.             Perilaku gelisah menurun

16.             Verbalisasi kebingungan menurun

17.             Verbalisasi akibat kondisi yang dihadapi menurun

18.             Perilaku tegang menurun

Reduksi Ansietas

Observasi

3.    Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)

4.    Identifikasikemampuan mengambil keputusan

5.    Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)

Terapeutik

13.  Ciptakan suasana  terapeutik untukmenumbuhkankepercayaan

14.  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan

15.  Pahami situasi yang membuat anxietas

16.  Dengarkan dengan penuh perhatian

17.  Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan

18.  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

19.  Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

4.        Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

5.        Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis

6.        Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu

7.        Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan

8.        Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

9.        Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan

10.    Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

11.    Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

3.      Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu

 

 

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur

Gangguan pola tidur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam maka diharapkan pola tidur membaik dengan kriteria hasil :

1.      Keluhan sulit tidur meningkat

2.      Keluhan sering terjaga meningkat

3.      Keluhan tidak puas tidur meningkat

4.      Keluhan pola tidur berubah meningkat

5.      Keluhan istirahat tidak cukup meningkat

Edukasi aktivitas/istirahat

Observasi

1.      Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

1.      Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat

Edukasi

1.      Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin

2.      Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas vermain, dan aktivitas lainnya

3.      Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

4.      Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat

 

5. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive

Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil :

1.      Nyeri menurun

2.      Bengkak menurun

3.      Demam menurun

4.      Nafsu makan meningkat

5.      Kadar sel darah putih baik

Pencegahan infeksi

Observasi

1.      Monitor tanda dan gejala infeksi local, dan sistemik

Terapeutik

1.      Batasi jumlah pengunjung

2.      Berikan perawatan kulit pada area edema

3.      Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

4.      Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

1.      Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2.      Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3.      Ajarkan etika batuk

4.      Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

5.      Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

6.      Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

1.      Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

 

 

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

Defisit perawatan diri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka diharapkan masalah perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil :

1.      Kemampuan mandi meningkat

2.      Kemampuan mengenakan pakaian meningkat

3.      Kemampuan makan meningkat

4.      Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat

 

Dukungan perawatan diri

Observasi

1.      Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

2.      Monitor tingkat kemandirian

3.      Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan

Terapeutik

1.      Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)

2.      Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)

3.      Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

4.      Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan

5.      Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri

6.      Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi

1.      Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

 

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :

1.      Frekuensi nadi meningkat

2.      Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

3.      Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat

4.      Keluhan lelah menurun

5.      Dyspnea saat aktivitas menurun

Manajemen energi

Observasi

1.      Identifikasi fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2.      Monitor ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

1.      Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)

2.      Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif

3.      Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan

4.      Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

1.      Anjurkan tirah baring

2.      Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3.      Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

4.      Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1.      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

 

D.    Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., & Perry, 2018).Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2019).

 

E.     Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan kriteria dan standar telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Evaluasi dilakukan selama 3x24 jam setelah pengkajian pasien. (Wilkninson, 2019)

Metode evaluasi keperawatan, antara lain:

a.       Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan pada sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP (subyektif, obyektif, assessment, planing).

b.      Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, D. D. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Biopsy Excisi Atas Indikasi Tumor Mammae Dextra Dengan Masalah Nyeri Akut Di Ruang Wijaya Kusuma Iii Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Karya.

Astuti, A. D. (2022). Asuhan Keperawatan Post Ekcisi Pada Tumor Mammae Dengan Nyeri Akut Diruang Wijaya Kusuma III RSUD Ciamis.

Junaedi, Iskandar dr.,(2019) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer

Nurarif, A. H., & Amp; Kusuma (2018)BukuAjarKeperawatanMedikalBedahn Brunner&SuddarthsEdisi10 :Jakarta, EGC.

Oktaria, R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Biopsi Eksisi Atas Indikasi Tumor Mammae Dengan Nyeri Akut Di Ruang 3a Rsud Dr.Soekardjo Tasikmalaya.

Tim Pokja SDKI DPP, PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP, PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP, PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Pusat.

Wilkninson DKK 2019. Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSDS-FKUA, Surabaya

Juall, Lynda, Carpenito Moyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta : EGC

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIABETES MELITUS

  I.      KONSEP MEDIS A.                      Definisi Diabetes mellitus berasal dari kata diabetes yang berarti terus mengalir, dan ...